Beramal Shalih karena Berharap Dunia


Beramal Shalih karena Berharap Dunia






Bismillahirahmannirahim..
Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh...



Terkait seorang yang beramal shalih dengan mengharap dunia, maka perlu disampaikan bahwa *ibadah dalam syari'at terbagi menjadi dua :*


*Pertama, ibadah di mana syari'at tidak menyebutkan keuntungan duniawi secara khusus apabila amal itu dikerjakan.* Ibadah (amal) yang demikian ini wajib diniatkan hanya untuk Allah semata dan tidak diperkenankan ketika mengerjakannya terbetik niat untuk memperoleh keuntungan dunia. Umumnya, ibadah dan amalan agama termasuk ke dalam jenis yang pertama ini.



*Kedua, berkebalikan dengan yang pertama, yaitu ibadah di mana syari'at menerangkan secara khusus keuntungan duniawi yang akan diperoleh apabila amal tersebut dikerjakan.*
Misalnya syari'at memotivasi untuk menyambung kekerabatan (silaturahim) dengan menyebutkan keuntungan dunia yang bisa didapatkan ketika mengerjakannya, yaitu rezeki dilapangkan dan umur diperpanjang. Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,

مَنْ سَرَّهُ أَنْ يُبْسَطَ لَهُ فِي رِزْقِهِ وَأَنْ يُنْسَأَ لَهُ فِي أَثَرِهِ فَلْيَصِلْ رَحِمَهُ
"Setiap orang yang menginginkan rezeki yang dilapangkan dan umur yang diperpanjang, hendaklah 
menyambung tali kekerabatan." _[Shahih. HR. al-Bukhari dan Muslim]._


Untuk ibadah jenis kedua ini, selain niat ikhlas karena Allah ta'ala, seseorang diperbolehkan menghadirkan niat untuk memperoleh keuntungan duniawi ketika mengerjakannya. Ketika syari'at secara khusus menyebutkan keuntungan duniawi yang akan diperoleh ketika amal tersebut dikerjakan, maka hal itu berarti syari'at telah mengizinkan dan seorang yang melakukan hal tersebut tidaklah dinamakan musyrik.



Masih terkait dengan ibadah jenis kedua, sebagai catatan agar diketahui bersama, bahwa seorang yang beramal dengan niat memperoleh keuntungan dunia di samping niat ikhlas karena Allah, tentu pahala yang akan diperolehnya tidak akan menyamai pahala seorang yang beramal dengan niat karena Allah semata. Seorang yang beramal dengan niat ikhlas lillahi ta'ala tentu pahala yang dihasilkan lebih besar.
Demikian itu karena Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam pernah bersabda,

مَا مِنْ غَازِيَةٍ تَغْزُو فِي سَبِيلِ اللَّهِ فَيُصِيبُونَ الْغَنِيمَةَ إِلَّا تَعَجَّلُوا ثُلُثَيْ أَجْرِهِمْ مِنْ الْآخِرَةِ وَيَبْقَى لَهُمْ الثُّلُثُ وَإِنْ لَمْ يُصِيبُوا غَنِيمَةً تَمَّ لَهُمْ أَجْرُهُمْ
"Tidaklah seseorang berperang di jalan Allah kemudian ia mengambil bagiannya dari harta ghanimah, melainkan sepertiga pahalanya telah terkurangi di akhirat kelak, namun jika dia tidak mengambil harta ghanimah tersebut, maka pahalanya menjadi sempurna." _[Shahih. HR. Muslim]._
Demikian pula imam Ahmad rahimahullah pernah ditanya perihal seorang yang berjihad dengan niat memperoleh ghanimah di samping niat ikhlas lillahi ta'ala. Beliau menjawab bahwa *pahala yang akan diperolehnya sesuai dengan kadar keikhlasan niatnya.* _[Jaami' al-'Uluum wa al-Hikam]._


Hal ini menunjukkan meski diperbolehkan tapi tetap ada perbedaan pahala yang akan diperoleh.
_*- Rangkuman dari Syarh al-Arba'in an-Nawawiyah oleh Syaikh Shalih alu asy-Syaikh dengan sedikit penambahan -*_
*_______*




_*Ichan M via FB*_

Komentar

Total Tayangan Halaman

Postingan Populer