PINTAR URUSAN DUNIA, TAPI BODOH DALAM URUSAN AKHIRAT?
PINTAR URUSAN DUNIA, TAPI BODOH DALAM URUSAN AKHIRAT?
Banyak gelar dunia, tapi buta agama.
Kita ambil salah satu yaitu:
Sekolah anak kita, adik kita atau keluarga kita haruslah di no satukan, dan begitu juga masalah jabatan di no satukan, sehingga lupa dangan ilmu agama.
Sehingga dia melakukan caranya Anak harus sekolah setinggi-tinggi nya, sampai-sampai orang tua rela memutar otak hingga kaki di kepala atau sebaliknya kepala dikaki. Begitu pula dengan seseorang ayah, ibu, kita bersemangat untuk punya deretan gelar begitu banyak, punya jabatan yang tinggi, namun sayangnya ibadahnya tidak beres. Ilmu agamanya masih sangat minim. Ditambah lagi tak punya keinginan untuk menambah ilmu akhirat, beda dengan ilmu dunianya yang terus ia kejar.
Karena tujuan akhirnya adalah rasa bangga jika anak yang disekolahkan itu sukses di kehidupan dunianya menjadi seorang yang hebat dalam urusan dunia, begitu juga seseorang ayah, ibu dengan bangga bisa mendapatkan apa yang mau.
Kemilau dunia telah melupakan kita akan hakekat hidup hingga kita hanya memikirkan bagaimana kita sukses di kehidupan dunia ini,
Allah tabaraka wa ta'ala berfirman :
وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنْسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ
Tidaklah Kuciptakan jin dan manusia kecuali supaya mereka beribadah kepada-Ku.” (QS. adz-Dzariyat: 56)
Banyak sekali dari orang tua melupakan pendidikan pada anaknya, menyerahkan pendidikan agama hanya kepada guru agama disekolah atau pun guru ngaji, sanggup untuk disekolahkan yang mahal agar anaknya bisa menjadi "Pengusaha, PNS. Begitu juga sang ayah, ibu hanya memikirkan dunia lupa dengan akhirat.
Sungguh miris melihat fenomena yang terjadi, jika kita mau sedikit saja melihat tuntunan agama tentang kepentingan ilmu akhirat dari pada ilmu dunia mungkin kita akan berpikir lagi apakah hal yang kita lakukan ini sudah benar ?
Mari kita simak perkataan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wassallam bersabda:
“Sesungguhnya Allah ta’ala membenci orang yang pandai dalam urusan dunia namun bodoh dalam perkara akherat”. (HR. Al-Hakim ,dishahihkan oleh al-Albani)
Dalam konteks ini bukan maksud penulis untuk meninggalkan ilmu dunia, tapi jika ilmu dunia itu mempunyai kemashalatan untuk umat, kebaikan untuk umat, seperti kedokteran, guru , dan lain sebagainya kita harus mengejar ilmu namun haruslah ilmu akhirat kita utamakan. Dan jangan kita sampai bodoh dalam ilmu akhirat. Bukan berarti harus diimbangkan dalam ilmu dunia dan akhirat, tapi harus kita utamakan dalam ilmu akhirat.
Saudaraku, apalah artinya pendidikan tinggi atau prestasi akademis yang kita raih serta gelar yang melekat di belakang nama kita jika kita hanya menjadi makhluk yang dibenci oleh Allah tabaraka wa ta'ala.
Saudaraku, apalah artinya kita bersemangat untuk sekolahkan anak kita lebih tinggi demi meraih kesuksesan dunia, akhir lupa dengan ilmu agama dan bodoh dalam urusan dunia.
Coba kita renungkan:
Sudah berapa banyak waktu yang kita habiskan untuk mempelajari ilmu dunia, memperjuangkan ilmu dunia? Lalu kita bandingkan berapa hari dalam satu tahun kita langkahkan kaki kita ke sebuah majelis ilmu? Mari kita renungkan, jangan kita termasuk orang lalai dalam urusan akhirat.
Ingatlah, pintar dalam ilmu dunia dan kosong dari ilmu akhirat adalah sifat dasar orang-orang kafir yang telah dicela oleh Allah tabaraka wa ta'ala:
Diterangkan dalam QS. Ar Rum ayat 7:
يَعْلَمُونَ ظَاهِرًا مِنَ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَهُمْ عَنِ الْآخِرَةِ هُمْ غَافِلُونَ
Mereka hanya mengetahui yang lahir (saja) dari kehidupan dunia; sedang mereka tentang (kehidupan) akhirat adalah lalai.
Komentar
Posting Komentar